![]() |
Landscape hamparan pasir diantara perbukitan dan Gn Bromo dengan pura yang berada persis ditengahnya |
Selepas menghadiri pertemuan kantor di Surabaya, ditemani
dengan salah seorang teman kantor, kami meluncur sore hari sekitar pukul 16.30
WIB dari Surabaya dengan tujuan bromo. Oiya kami ke bromo dengan menyewa mobil
untuk mengantarkan kami mengingat waktu yang sudah sore hari dan untuk
memaksimalkan liburan kali ini.
Sudah berulang kali saya ke propinsi jawa timur namun belum
pernah sama sekali berkesempatan untuk mengeksplorasi berbagai tempat yang
menarik dikunjungi, karena ini saya kali ini berpikir untuk mencoba memulai
eksplorasi kawasan wisata Bromo dan Kawah IJen. Kedua destinasi ini menurut
saya sangatlah terkenal di berbagai manca Negara, serius lo :D
Karena menggunakan mobi rental maka kami memiliki kesempatan
untuk mampir ke berbagai kota kota dari Surabaya menuju probolinggo, dimana
kawasan Taman Nasional Tengger Semeru berada.
Sebaiknya hindari melakukan perjalanan sore hari pada saat
jam kantor selesai, karena seperti yang kami alami macet sangatlah tidak bisa
dihindari khususnya di Kota Surabaya menuju Sidoarjo sehingga kenderaan pun
hanya bisa jalan merayap merambat macam siput kalo ku bilang, tapi tidaklah
separah macatnya kota Jakarta.
Kami pun tiba di Kabupaten Bangil sekitar pukul delapan
malam dan mampir di Rumah Makan Cairo salah satu rumah makan yang katanya
dengan makanan yang berbau arab. Setelah meminta pendapat om supir kami, saya
pun mencoba memesan gulai kacang hijau, menarik karena namanya saja udah buat
ku penasaran, seumur umur panganan kacang
ijo biasanya disajikan dalam bentuk bubur ataupun kue kue ringan, tapi
kalo disini dijadikan gulai (dalam hati ku berdoa mudah-mudahan aja rasanya
enak hehe) sementara temanku zul dan pak supir kami memesan sate kambing dan
nasi gulai.
Ternyata gulai kacang ijo ini merupakan gulai daging sapi)
dicampur dengan kacang ijo, rasanya lumayan namun bagi ku yang orang sumatera
kalo tak berasa cabe nya serasa tak lengkap. Mungkin karena lapar gulai dan
sate kambing pun habis dalam sekejap haha..belakangan di perjalanan barulah
kami merasakan efek dari makanan tersebut, zulhamdi dan diriku mengeluhkan
tengkuk atau bagian belakang leher terasa tegang haha, nampaknya tekanan darah
kami meningkat dikarena kolesterol tinggi yang kami makan dari daging kambing
dan sapi tadi, jadilah bawaan kami pengen berbaring dan tidur sepanjang
perjalanan Kota Bangil menuju probolinggo.
Probolinggo
Sekitar pukul 21.30 kamipun mencapai pertigaan Kota
Probolinggo dengan Kecamatan Tongas, rute menuju ke kawasan Bromo. Sepanjang
perjalanan om supir kami memberitahukan bahwa masyarakat probolinggo, Bondowoso
mayoritas berbahasa Madura. Madura? Ya Madura yang pulaunya sekarang sudah
dihubungkan dengan Jembatan Suramadu.
Seumur umur ya, yang saya tahu tentang masyarakat Madura
adalah, penjual sate, tukang cukur, dan pastinya pengepul besi bekas hehe,
dulunya saya berpikir apakah jembatan Suramadu dapat bertahan lama setelah
dibangun hehe.. (sorry manteman maduram jangan marah rek :D). Ternyata disini
masyarakat Madura mendominasi dan menjadi komunitas terbanyak di kota kota
tadi.
Setelah belok kanan dari Tongas menuju Kecamatan Sukapura,
om supir mulai melambatkan laju kenderaan kami karena di kejauhan terlihat ada
tenda yang terpasang yang memenuhi badan jalan, setelah semakin dekat dan jelas
terlihat ternyata masyarakat setempat sedang melaksanakan Pengajian Umum.
Asalkan tahu aja ya, untuk urusan agama, masyarakat Madura hampir sama
karakternya dengan masyarakat aceh menurutku, ketika ada ceramah-ceramah yang
dihadiri oleh ulama, palagi yang terkenal, masyarakatnya akan tumpah ruah
memenuhi badan jalan, ibu dan anaknya, bapak bapak maupun para remaja dan juga
para orang tua lanjut usia akan menghadirimya meskipun harus menahan rasa
kantuk dan dinginnya malam. Khusus masyarakat Madura sepenglihatan kami mereka
juga rela duduk di trotoar jalan, di depan rumah rumah warga guna mendengarkan
ceramah agama.
Awalnya om supir kami merasa ragu untuk melintasi keramaian
tersebut meskipun dia melihat beberapa kenderaan lainnya terus berjalan pelan
dan melintasi tenda yang terpasang diatas badan jalan, sehingga dia dengan
wajah yang agak khawatir dia memutar kenderaan kembali menuju pertigaan sebelum
tongas menuju jember, namun setelah meninggal pengajian tersebut sekitar 5km eh
dianya bingung dan kembali ke jalan semula dan melintasi dengan aman kerumunan
masyarkat pada pengajian tadi, walah om udah macam mau buat komedi putar
kurasa, bolak balik bingung arah :D
Tak lama kemudian sekitar pukul 22.30 kami mencapai
Kecamatan Sukapura, dimana kawasan Taman Nasional Tengger Semeru berada.
Jalanan mulai menanjak dan suhu dingin pegunungan pun mulai terasa. Di beberapa
pertigaan jalan menuju bromo, sering sekali kami diminta melambat oleh warga
setempat, yang ternyata menawarkan jasa penyewaaan Jeep untuk digunakan menuju
bromo, mulai dari harga tiga ratus ribu hingga enam ratus ribuan, karena kami sudah
melakukan pemesanan via hostel tempat kami akan menginap di Sukapura, maka
kamipun menolak dengan ramah berbagai tawaran tersebut yang terus semakin
banyak semakin mendekati tujuan kami.
Tepat pukul 23.00 kami pun tiba di hostel kami, café Lava
Lodge walaupun sebelumnya kami sempat merasakan kebingungan karena hostel kami
baru ketemu di penghujung jalan sebelum pintu masuk menuju kawasan bromo
setelah bertanya lebih dari tiga kali di masyarakat yang kami temukan.
Karena badan sudah terasa lelah dan rasa kantuk yang sudah
teramat berat, kami pun langsung menuju kamar hostel kami yang terbilang
sederhana dengan penampilan yang cukup menarik dan sederhana dengan kekhasan
penginapan di dataran tinggi. Tapi sebenarnya yang terpenting itu adalah
tersedia selimut dan air panas dan pastinya adalah harga nya friendly budget :D
Bromo
![]() |
Cafe Lava Hostel, fotonya saat mau pulang |
Pukul 03.30 dini hari pintu kamar kami diketuk dan seorang
petugas hotel dari luar menayakan kepada kami apakah kami sudah bangun, aihhh
baru ajar tidur men udah disuruh
bangun, yang berat kali lah mata ini ku rasa nak bangun palagi udara yang
dingin makin buat malas keluar dari selimut, tapi ya demi sunset dan Bromo yam
au cemana lagi, bangun lah dan langsung menyelesaikan urusan pribadi dikamar
mandi, menyelesaikan sisa sisa perjuangan kemarin hehehe.
Setelah selesai bersiap siap, kami pun bergegas menuju lobi
hostel dan tak lama setelah menunggu di depan hostel, kami dijemput Toyota Jeep
double four wheel berwarna merah yang
sudah dipesankan oleh pihak hostel kami dan ternyata di dalamnya hanya ada
empat orang penumpang, kami dan dua orang remaja berbahasa perancis yang
belakangan kami ketahui mereka tinggal dan bekerja di London sebagai barternder dan menabung berbulan bulan
untuk bisa melakukan travelling selama lima bulan di Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand dan Vietnam.
Sekitar pukul 04.00 dini hari Jeep kami pun mulai bergerak
menuju daerah penanjakan atau view point tempat pengunjung Bromo bisa
menyaksikan sunrise dan Bromo diantara gunung gunung lainnya dan
dilatarbelakangi Gunung Semeru yang menjulang tinggi di kejauhan. Setelah tiga
puluh menit kenderaan melintasi jalanan berpasir dan jalanan menanjak kami pun
tiba di parkiran, sang supir meminta kami untuk mengenali no kenderaan Jeep
kami bukan warna mobilnya, yaiyalah Jeep warna merah akan berpuluh puluh parkir
di depan kami dan akan bertambah lagi di belakang kami. Kami pun mengingat no
plat Jeep kami dan sukurnya si bule remaja tadi yang bernama Ann dan Lea
memfoto no plat kenderaan yang akan bermanfaat bagi kami nantinya.
Mulai dari urusan no plat tadilah kami mulai berinteraksi
dan mulai melakukan percakapan ringan dan menjadi teman seperjalanan hingga
jeep tour selesai. Setelah jalan sekitar serratus meter jalanan menajak, kami
pun tiba di salah di musala, kami masih pikir voew point masih
jauh di depan, so aku pun melakukan shalat subuh sebentar dan Ann-Lea bersedia
menungguku agar bisa bersama sama menuju view point. Dan ternyata
setelah shalat kami baru menyadari kalo view pointnya persis ada di samping musala
hahaha, walah kirain view point masih jauh :D.
View point ini tak seperti harapanku, tenang, sunyi dan ada
suasana mistisnya kayak di puncak kelimutu di flores sembari menunggu sunrise, ternyata lokasinya sempit
sauprit dan dijubeli banyak pengunjung yang berdesakan dan kilauan cahaya foto
para pengunjung bak dalam sebuah pesta tanpa henti, yang berada pada posisi di
pinggir tebing menghadap kawasan bromo dan semeru. Tapi ya paboleh buat udah
nyampe yaa dinikmati aja sebisanya. Hampir semua pengujung berdiri sembari
menyaksikan horizon yang muncul karena pergerakan pelan matahari dan semakin
lama warna keemasan sunrise di langit yang gelap terus membuat berbagai sensasi
yang memanjakan mata kami hingga matahari terbit.
Berbagai aksi pun terjadi
mulai dari yang bergumam merasa takjub, mengambil foto sunrise, atapun aksi
aksi selfie dan parahnya para
pedagang bunga eidelweis pun berkeliaran menjajakan bunga bunga yang diikat dan
dibentuk sedemiakian rupa untuk dijual kepada para pengunjung. Juju raja agak
kesal melihat rendahnya kesadaran masyarakat kita yang memetik Bunga Eidelweis
atau Bunga Abadi menurut banyak orang, karena sepengetahuanku tanaman dataran
tinggi tersebut membutuh waktu yang lama bahkan bertahun tahun untuk bisa
berbunga. Sudahlah taka da yang bisa dilakukan, aku masih ingat dulu semasa
kuliah dan melakukan pendakian di Gunung Merapi di Bukit tinggi kami bersama
komunitas pencita alam setempat melakukan razia terhadap para pendaki nakal
yang memetik bunga tersebut daaan hasilnya kami mengumpulkan lebih dari satu
karung penuh bunga eidelweis akibat ulah para pendaki tersebut.
Setelah kegiatan di view point selesai kami pun kembali
menuju parkiran Jeep daan kamipun harus mulai mengingat lokasi parkirnya dan
mulai mencocokkan nomor plat berbagai Jeep berwarna merah yang terparkir satu
persatu dari kejauhan dan setelah menemukannya kami langsung dibawa melanjutkan
tour menuju Bromo, hanya sekitar dua puluh menit kamipun tiba dan parkir di
padang pasir untuk selanjutnya melakukan perjalanan menuju titik pendakian ke
puncak Bromo.
Di sepanjang perjalanan yang berpasir tersebut, satu persatu
masyarakat penyewa jasa kuda menawarkan kepada kami, mulai dari harga serratus
ribu semakin dekat hargapun turun lima puluh ribu dan seterusnya. Kalo menurutku kita bisa menikmati jalan di
atas pasir yang hanya berjarak sekitar lima ratus meter dari parkiran Jeep,
kecuali kalo ingin merasakan sensai menunggang kuda. Sepanjang jalan mata tidak
hanya harus tertuju ke pura dan titik pendakian Bromo tapi mata juga harus
melihat langkah kaki kita kalo tak mau salah injak ranjau, kotoran kuda :D.
Oiya pas di parkiran sang supir Jeep mengingatkan kami agar
kembali berkumpul sekitar pukul 08.00 so kami harus menyiasati waktu kami
selama perjalanan menuju kawah Bromo.Perjalan menuju kawah Bromo dari titik pendakian ternyata
para pengunjung harus melalui anak tangga dengan kemiringan yang cukup miring
sekitar 60 derjat, wow langsung dalam hati berpikir sanggup gak ya..soalnya hampir
sebulan belakangan ini udah sama sekali tidak pernah jogging hahaha..mesin udah
dingiiin :D
Satu,dua,tiga anak tangga aman dilalui, lima menit kemudian
mulai lah jantung terasa mau copot, betis mulai terasa super berat untuk terus
melangkah, pelan dan pelan terkadang terpaksa harus berhenti di anak tangga
sambal berpegang ke sisi kiri kanan tangga sekedar untuk memberikan waktu
beradaptasi dengan ketinggian dan oksigen yang terbatas dan lebih banyak
dibutuhkan. Melihat teman temanku yang lain sudah diatas dan terus melangkah
mau gak mau ya memantapkan hati terus dan terus melangkah sampai akhirnya di
puncak kawah dengan nafas yang tersenggal serasa dada terasa mau copot hahaha..
Pemandangan yang menakjubkan menurutku bisa melihat dari
ketinggian landscape kawasan Bromo dengan satu pura di tengahnya yang menghadap
gunung Bromo dan gunung disampingnya, ada kesan mistis melihat landscape ini,
entah mengapa tetapi tapi senang bisa berada di ketinggian begini. Buat kamu yang punya gangguan pernafasan (asma) dan jantung
sebaiknya harus berpikir ulang kalo ingin melakukan pendakian ini,meskipun
puncak Bromo tidaklah terlalu sulit dan tidaklah terlalu tinggi tetapi tetap
aja butuh persiapan dan kesehatan yang prima.\
Selesai dipuncak, kami pun turun dan duduk di salah satu
angkringan penjual kopi, sambil minum kopi tentunya, juga kami saling bertukar
cerita dengan Lea dan Ann khususnya keingintahuan mereka tentang kekayaan
Indonesia dan budayanya serta alasan alasan mereka melakukan perjalanan selama
lima bulan penuh di lima Negara yang tentunya bagi saya dan zul sangat terkesan
ketika mereka menyatakan ingin belajar banyak tentang kebudayaan kebudayaan
Indonesia yang meliki sangat banyak suku dan Bahasa serta pulau. Tetapi salah
satu alasan yang paling masuk akal menurutnya adalah karena mereka juga
diuntungkan dengan nilai tukar mata uang mereka dengan rupiah. Ya iyalah, itu
juga yang buat kami kadang jengkel kalo mau travelling ke luar negeri :D
Lea dan Ann juga menceritakan kalo ternyata mereka merasa
ditipu oleh sopir mobil yang mereka rental karena mereka telah membayar dua
kali harga normal yang semestinya mereka bayarkan, dan mereka juga kecewa
dengan tingginya perbedaan biaya masuk taman nasional antara warga Indonesia
dengan turis asing, antara Rp.32.000 dengan Rp. 217.000, gila kan bedanya
hahaha..Diakhir Jeep tour kami masih sempat mengunjungi padang
savana yang menurutku sih masih lebih banyak di flores atau NTT hahaha..dan
bahkan lebih indah perbukitannya.
Sekembalinya ke hostel, kamipun membantu Lea dan Ann untuk
menentukan rute menuju Banyuwangi dan Bali dengan Kereta Api atau Bus agar
terhindar dari tindakan penipuan seperti yang sebelumnya mereka alami.
Selesai sarapan, saya dan zul karena merasakan capek dan
masih mengantuk, melanjutkan tidur kembali hingga pukul 12.00 dan selanjutnya
berkemas untuk check out dari hostel. Pukul 12.30 kami pun check out dan menuju terminal bis bison
sukapura. Dikatakan Bison karena dulunya merek bisnya adalah Bison keluaran
Isuzu, namun menurut beberapa supir yang saya jumpai di terminal tersebut,
sekarang mereka tidak lagi menggunakan Bison karena tenaganya tidak sekuat
kenderaan Colt Diesel yang saat ini mereka gunakan sebagai transportasi
penguhubung sukapura-Probolinggo.
![]() |
Minibus Colt jurusan Sukapura - Probolinggo |
Probolinggo
Sesuai dengan rencana semula saya dan zul akan berpisah di terminal
bis Probolinggo, karena dia akan melanjutkan ke Malang dan saya sendiri akan
menuju Bondowoso untuk ke Kawah Ijen untuk melakukan pendakian berikutnya.
Sambil menunggu bis berangkat kamipun berkenalan dengan
salah satu penumpang berkewarganegaraan Belanda, Guus Neering Bogel, yang juga
baru selesai mengunjungi Bromo dan berencana melanjutkan perjalannya solonya ke
Kawah Ijen via Banyuwangi. Setelah ku beritahukan kalo akan menuju Ijen dan
akan ditemani oleh teman sekantor menuju Ijen dan dijemput di Probolinggo, dia
pun bersedia untuk merubah perjalanannya menuju Kawah Ijen bersama sama dengan
saya dan kami pun bercerita banyak tentang perjalanan solo nya yang direncakan
selama 40 hari.
Ternyata dia baru saja menyelesaikan pendidikan masternya di
bidang teknik industry dan mulai awal Mei 2015 dia akan bekerja di salah satu
perusahaan baja di Amsterdam. So ini adalah perjalanan pribadinya pertama ke
luar negeri dan dia ingin mengunjungi Jakarta-Jogja-surabaya-Bromo-Kawah
Ijen-Denpasar-Lombok dan mungkin ke flores.
Setelah penumpang penuh, sekitar pukul 14.00 bis pun
berangkat pelan menuruni jalanan perbukitan dengan pelan dan berhati hati.
Pemandangan hijau yang terhampar di punggung2 bukit menyejukkan mata, dimana
mana lahan ditanami berbagai jenis sayuran dan menjadi komoditas ekonomi
masyarakat Suku Tengger selain wisata.
Setibanya di terminal Bis Probolinggo kamipun sepakat untuk
makan siang terlebih dahulu sebelum melanjutkan masing masing, Zul menuju Malang,
saya dan Gosh menuju Kota Problinggo.Setelah makan sekitar pukul 15.00 WIB saya dan Guus
melanjutkan perjalanan menuju Kota Probolinggo dengan menggunakan angkutan kota
alias angkot berwarna kuning, normalnya ongkosnya hanya Rp. 5000. Di dalam angkot
saya mencoba berbincang bincang dengan sang supir yang sudah lanjut usia namun
beremangat menjawab berbagai pertanyaan saya tentang kota Probolinggo, apa yang
mesti atau menarik saya datangi serta pusat pusat makanan yang perludi
ekunjungi. Beliau terus menjawab dalam bahas Indonesia tapi lebih sering dalam
Bahasa jawa namun dengan dialek Madura, kadang banyak pertanyaan balik sang
supir yang saya sendiri tidak mengerti namun pura pura mengerti dengan menjawab
ya atau sekedar tertawa kecil, namun setelah dia kembali bertanya dengan Bahasa
jawa, mau tak mau saya pun menanyakan maksud pertanyaannya dalam Bahasa
Indonesia hehe..ketahuan deh kalo saya taunya cuman Bahasa jawa dasar :D
Sesampainya di pusat pasar, saya dan Guus turun dan ketika
saya membayar ongkos angkot dengan pecahan lima puluh ribuan,si Bapak pun
mengembalikan hanya Rp. 30.000, seharusnya Rp. 40.000 karena ongkosnya hanya
Rp.5000 dan itu tertulis jelas di pintu angkotnya, setelah ku tanya kenapa
ongkosnya naik, dia hanya tersenyum sembari menyengir, dan mungkin yang ku
tangkap karena dari tadi meladeni perbincangan dengan ku seramah mungkin
jadinya ongkosnya naik, alahh pak supir hahaha..ya sutralah kami hanya bisa
tersenyum bodoh sendiri dan melanjutkan perjalanan untuk melihat lihat isi Kota Problinggo dengan masing masing
menggendong ransel. Syukurnya aku hanya membawa ransel daypack ku, malang buat
Gosh karena dia membawa keril 75
liter dan sebuah daypack lainnya.
Pukul 17.30 WIB kamipun dijemput oleh teman sekantor dari
Surabaya menuju Bondowoso, alias mendapatkan tumpangan gratis dari Probolinggo
dengan lama perjalanan sekitar 3-4 jam dan tiba pukul 23.00 dirumah mertuanya
teman saya untuk bermalam sebelum melanjutkan perjalan keseokan harinya menuju
Kawah Ijen.
![]() |
Bersama Rifki dan keluarga |
Malangnya teman kantorku yang semula nya bersedia menemani
perjalanan kami ke Kawah Ijen, mendadak tidak bisa karena harus menghadiri
acara keluarganya di Surabaya, so berubah lagi lah rencana kami, namun
beruntungnya temanku tetap membantu kami agar bisa sampai ke tujuan dengan lancar,
dengan menghubungi staf Puskesmas Sempol untuk membantu kami menuju base camp. Waah serasa semuanya dipermudah ya hehe..
Next --> Perjalanan Menuju Kawah Ijen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar