Jumat, 10 April 2015

Menyambangi Ijen

Setelah selesai liburan ke Bromo, dan mumpung masih ada waktu jumat-mimggu saya pun meneruskan perjalanan menuju Bondowoso dan menginap di rumah salah seorang teman..
April 3, 2015
Pukul 06.45 WIB setelah selesai sarapan pagi, Guus keluar masuk kamar mandi karena “terpaksa” menghormati tuan rumah yang telah menyajikan kopi dan ubi rebus plus sarapan berat haha..padahal dianya tidak terbiasa sarapan terlalu cepat di pagi hari di negaranya. Setelah bergegas kami pun diantar ke Terminal Bis Bondowoso untuk mengejar jadwal keberangkatan bis colt pukul 07.00 dengan ongkos Rp. 40.000-50.000 katanya, namun sayangnya lagi lagi rencana berubah, setelah menunggu satu jam lebih di terminal kami mendapatkan informasi bahwa pada hari itu bis dari Sempol-Bondowoso tidak berangkat artinya tidak ada transport menuju sempol. yaa berubah lagi rencana hahaha

Setelah berdikusi dengan Guus, akhirnya kami sepakat untuk menggunakan ojek menuju sempol dan tentunya dengan ongkos yang tiga kali lipat mahalnya, tapi apa boleh buat ketimbang gak jadi berangkat? hehe

Ternyata menggunakan ojek bahkan boleh dibilang lebih seru ketimbang menggunakan bis, serius lo, sepanjan jalan kami melintasi daerah persawahan, aroma tanah sawah nya yang khas, serta bisa mampir sesuka hati kami. Kami juga berhgenti desa klincung, semoga gak salah nama desanya, untuk mencicipi buah durian yang bagi Guus tentunya ini menjadi pengalaman pertama. Setahu saya umumnya orang eropa atau pun turis asing tidak doyan rasa dan aroma buah durian yang terkenal tajam, tapi si bule yang satu ini walaupun katanya sekedar mencicip tapi ku lihat lebih dari 5 butir di embatnya juga hahaha. 
kadang kali dimana perubahan rencana ada saja kompensasi yang tak diduga duga sebelumnya
Tiga puluh menit menuju sempol, mendadak cuaca berubah dari cerah menjadi gelap dan hujan lebat, jadilah kami berbasah basah ria sepanjang perjalanan, memasuki perkebunan Kali Pait yang banyak ditanami dengan kopi arabika yang khas, tertata rapi dan nampaknya selalu dipangkas dengan dahan dahannya yang merunduk ke tanah serta pepohonan damar yang rindang yang siap di sadap getahnya menjadi penghibur mata selama perjalanan.

Sekitar pukul 11.45 kami pun tiba di depan terminal bis Sempol, di samping masjid persis di depan rumah dinas Pak Sapto, staf puskesmas sempol yang sebelumnya telah dihubungi temanku, daaan ternyata dia telah mempersiapkan makan minum bagi kami, karena emang 30 menit sebelum tiba kami telah memberi tahu posisi kami, wow serasa disambut bak tamu besar dan keluarga jauh yang datang berkunjung. Minuman, snack dan buah buahan yakni manggis pus dihidangkan kepada kami..alhamdulillah, tidak hanya berhenti disitu kami pun disajikan sop daging yang masih panas coi :D

Pak Sapto sang tuan rumah yang dengan kebaikannya memberikan jamuan kepada kami
Setelah selesai makan siang, kami pun tak lama kemudian diantarkan menuju basecamp pendakian Kawah Ijen. Dan sesampainya disana, kami pun langsung menghubungi pihak pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen, dan ternyata tidak ada kamar atau guest house, adanya ya tenda alias camping di halaman yang terbuka, dengan harga yang relatif murah, cuman Rp. 100.000 per tenda per malam, awalnya kami berpikir untuk tidak menggunakan tenda dan hanya meluruskan kaki saja di warung warung yang dengan senang hati mengijinkan kami untuk berbaring sembari memesan makanan minuman tentunya, namanya juga orang jualan coi. 
Pak Sapto yang dengan baik hati mengantarkan kami hingga sampai ke basecamp Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Selamat Datang
Tapi makin lama makin sore, udara makin dingin dan kamipun makin merasa tidak nyaman karena banyak nya tamu yang mampir silih berganti untuk sekedar ngeteh dan juga meluruskan kaki. Akhirnya kami putuskan kembali menyewa tenda plus sleeping bag tambahan.

taraaa..ini mah lebih seru nge camp disini..feel like home kan :D
Selanjutnya apa yang terjadi tau kan??? Tidur siang hahaha..serius coi sejak turun dari bromo emang kurang tidur dan tubuh masih pengen pemulihan dulu, jadilah kami tidur siang di dalam tenda yang adem karena suhu yang dingin ampe pukul tujuh sore..terbangun karena pengen pipis dan laper. Awalnya pengen keluar sendiri cuman ni bule kasian juga tidur kelaparan haha, lalu Guus ku bangunkan dan dia pun setuju untuk mencari sesuatu yang hangat tapi ingat bukan kehangatan, bahaya coi kalo ketahuan istri ntar hahaha..

Oiya kami dan guus sepakat akan berpisah selepas pendakian Ijen, dia akan melanjutkan ke Banyuwangi dan selanjutnya ke Denpasar dan Lombok sementara akunya akan balik ke Bondowoso-surabaya dan kupang kembali kerja hehe..

Di warung sambal ngeteh, kami ke datangan rombongan pemuda yang duduk dekat kami, kami pun memberanikan diri sekedar untuk say hello dan berbasa basi coi, maklum sama sama mau mendaki siapa tahu bisa jadi teman sependakian kan, dan ternyata mereka berasal dari Denpasar bekerja di Perusahaan Panasonic dan sedang long weekend, datang ke Ijen dengan mobil kantor, setelah ku terjemahkan kepada Guss, kami berdua pun langsung tersenyum karena mikir peluang numpang buat si bule menuju Denpasar hahaha..saya pun menceritakan bagaimana kami bisa berteman dan tujuan kami masing masing, dan nampaknya mereka mengerti arah pembicaraan kami. Adi (nampaknya si bos di rombongan ini) langsung menawarkan kepada Guus untuk ikut rombongannya kembali menuju Denpasar, dengan pura pura surprise kami pun mengucapkan terimakasih padahal sudah diharapkan hahaha…dann kami pun jadi akrab dan merencanakan akan melakukan pendakian bersama sama dini hari nanti.
Dari kiri ke kana; Guus, diriku, Mas Didik, Diah dan Adi dari Tim Panasonic :D
Jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, kamipun memutuskan untuk segera beristirahat agar bisa bangun sekitar jam 12 malam untuk bersiap2 melakukan pendakian, Edho salah satu tim Panasonic memutuskan akan bergabung di tenda kami sementara Adi, Diah dan Mas Didik akan istirahat di mobil mereka di parkiran.

Dini harisekitar pukul 00.30 kami terbangun dan setelah berkemas-kemas dan ke kamar mandi kamipun berkumpul untuk mencari minuman hangat sembari menunggu jadwal buka penjualan tiket di warung mbak im. Dan ternayata si pemilik warung juga menjualkan wifi, harganya relatif murah Rp. 5000 per jam, murah karena emang sinyal telepon tidak tersedia di area basecamp, jadilah wifi berbayar tersebut kami manfaatkan, dan benar ternyata di BBM istri di rumah udah bertanya tanya kenapa tidak bisa dihubungi, ternyata ada yang khawatir juga coi hahaha..
Pengobat rindu tatkala kehilangan sinyal telepon :D
Setelah berinternet ria seperlunya, kami langsung menuju kantor penjual tiket masuk, Rp. 5000 untuk pendaki lokal dan Rp. 100.000 untuk pendaki internasional, awalnya terpikir ide nakal ku untuk memesan tiket bagi Guus dengan harga lokal tapi kami batalkan khawatir “dirazia” hahaha, dan betul pas ngantri masuk ke gerbang pendakian, petugas melakukan pemeriksaan terhadap tiket para pendaki. Kamipun melihat petugas bertanya dalam Bahasa Indonesia kepada salah seorang pengunjung yang menggunakan tiket seharga Rp. 5.000 namun karena yang bersangkutan tidak bisa menjawab akhirnya ketahuan kalo pendaki tersebut turis berkebangsaan India, aku dan Guus langsung tersenyum dan malu pada diri sendiri kalo itu terjadi pada kami hahaha..Pelajaran penting coi, jangan gara gara harga tiket kita mempermalukan diri di banyak orang yang sedang ngantri hahaha :D

Pendakian kami start mulai pukul 02.15 dini hari menuju kegelapan dengan jalur pendakian yang lumayan jelas dan barisan pendaki yang mengular menuju ke ketinggian. Ada yang mendaki dengan teman teman club, ada yang mendaki dengan pasangannya, ada yang mendaki dengan anak istri da nada yang mendaki dengan dipandu oleh tour guide. Kebanyak turis korea, mexico dan Singapore mendakin dengan pemandu, sementara turis eropa lebih banyak mendaki tanpa guide dan pendaki lokal mendaki dengan suasana yang agak heboh, ada yang membawa tape sepanjang pendakian dini hari yang membuat pendakian semakin asik bin heboh hehehe.

30 menit pertama barisan pendaki berjalan dengan normal bahkan sebagian melangkah cepat, namun satu jam kemudian, satu persatu para pendaki, istirahat untuk Tarik nafas, sebagian ada yang mulai muntah muntah dan sebgain masih berjalan dengan ritme yang konsiten. Diatas satu jam pendakian, semuanya berjalan sesuai dengan kemampuan masing masing, termasuk diriku yang sudah mulai ngos ngosan, Adhie yang mulai tertinggal namun terus berjalan pelan, Guus yang konsisten terus melangkah ke depan sembari sesekali melihat ke belakang dengan senter, sementara Edho, mas Didik dan Diah sudah tertinggal di belakang di balik kegelapan.

Satu, dua, tiga kali kami berhenti di pinggir jalur dan mencari posisi yang nyaman untuk duduk dan menghirup oksigen. Adi mulai bercanda dan menyalahkan postur tubuhnya yang kelebihan lemak dan aku bercanda dengan Guus kalo para bule punya paru paru dan jantung yang lebih besar dibandingkan kami hahaha..

Botol aqua pun kami keluarkan, satu dua teguk cukuplah untuk membasahi tenggorokan dan menganti keringat yang telah bercucuran, sekerat coklat batang pun membantu kami mengganti kalori yang terpakai selama satu jam pendakian. Dengan kemiringan sekitar 30-45 derajat memang membuat pendakian harus berjalan dengan ritme yang lambat, mendingan lambat ketimbang sok paten dan ngos ngosan dan gagal di pendakian coi, serius, pendakian yang lambat dan konsisten menurutku akan membantu tubuh untuk melakukan aklimatisasi selama perubahan ketinggian dan suhu udara yang dingin, sesekali aroma belerang pun mulai tercium di udara.




Terus berjalan, menanjak, istirahat, minum dan ngemil coklat adalah rutinitas selama pendakian di pagi hari, sesekali terlihat landscape Kota Banyuwangi dikejauhan di dalam kegelapan yang dipenuhi dengan hamparan lampu lampu di wilayah yang luas.

Selama pendakian Guus selalu berada di depan, aku di posisi kedua dan adi di belakangku, namun kami sering berhenti dan saling menunggu satu sama lain, khususnya Adi yang terus berjuang di pendakian. Hampir satu setengah jam pendakian, kami pun tiba di shelter berupa pondokan yang untuk beristirahat sejenak, di ketinggian 2200 mdpl sembari kembali meneguk air minum botolan kami. Sambil duduk setelah minum, aku dikejutkan seorang mbak mbak, dianya to the point meminta air mineralku karena dia kehausan dan katanya dia terpisah dari rombongan dan seluruh logistiknya ada bersama teman-temannya. Paham dengan situasinya secara spontan ku berikan air mineralku, dan setelah berbincang ringan ternyata si mbak berasal dari Denpasar..waaah Denpasar lagi hahaha..namun sekitar 2 menit setelah itu rombongannya pun tiba dan dia langsung mereasa kegirangan dan mengatakan kalo dirinya sudah panik karena mengetahui terpisah dari rombongannya. Tanpa berlama lama kami pun permisi untuk terus melanjutkan pendakian.

Semakin ke atas semakin terasa aroma belerang yang keluar dari kawah ijen dan kami berkeyakinan bahwa ini adalah pertanda bahwa puncak sudah semakin dekat. Aku ingat bahwa puncak berada di ketinggian 2386mdpl dan kami baru di posisi 2214 mdpl. Semakin naik ke ketinggian semakin kuat aroma belerang dan kami pun harus menggunakan masker dadakan sekedar kain penutup hidung kami selama melanjutkan perjalanan pendakian.

Tak lama 20 menit pendakian puncak makin terasa dekat, semakin kuat dorongan kami ingin segera tiba ke puncak mengalahkan rasa lelah yang terus mendera sejak tadi, apalagi jalur menuju puncak semakin datar maka makin semangat untuk terus melangkah. 

Akhirnya kamipun tiba di puncak Ijen, pemandangan yang luar biasa kami lihat di sepanjang jalur pendakian dengan lampu lampu yang beriringan membentuk rangkaian lampu yang tiada putusnya dari bawah hingga ke puncak..waw. Apakah sudah selesai?? Belum kawan. Pendakian Kawah Ijen dari namanya sudah jelas bahwa pendakian ini tidak terhenti hanya sampai puncak tetapi masih harus diteruskan menuju dasar kawan dan danaunya..menyaksikan semburan api biru dari dalam dasar kawan yang menghasilkan lelehan belerang cair yang para penambang lokal telah menanti dan bekerja untuk mengeruk dan mengumpulkan tumpukan bongkahan belerang yang telah mengeras dan diangkut kembali ke puncak dengan jalan bebatual yang terjal dan menanjak..wow dan langsung dibawa turun ke bawah ke basecamp.

Jalur menurun menuju dasar kawah untuk menyaksikan blue fire dan penambang belerang
Ya..pendakian ini memang ingin menyaksikan para penambang belerang dan api biru yang menyembur dari dalam bebatuan kawah. Dari puncak kami turun perlahan diantara celah bebatuan menuju dasar kawan lebih 20 menit, sesekali istirahat dan terus berjalan mendekati semburan api biru dan lokasi para penambang. Dan rasa bahagia bin takjub jelas menghampiri kami, Adi terus mendaki mendekati pusat semburan api biru hanya untuk sekedar mendapatkan foto api biru dengan jarak yang dekat, tapi bagiku cukup menikmati dari dasar kawah dan menyaksikan bagaimana para penambang sulphur sangatlah lebih dari cukup coi, takjub dan merasa lebih banyak bersyukur.

Para penambang belerang yang bekerja d dasar kawah sekitar pukul 04.00 dini hari

susah mendapatkan foto apo biru yang muncul dari bebatuan dasar kawah ijen, apalagi dengan kamera hp

salah seorang penambang belerang yang sedang memikul keranjang yang berisi sekitar 80 kg batuan belerang menuju puncak dan selanjutnya menurun menuju perkampungan di bawah kaki gunung, per kilo nya diharga sekitar Rp. 900
Sesekali asap belerang bergerak mendakati kami dan dengan kadar asamnya yang tinggi terkadang membbuat mata perih dan tenggorokan serasa asam, kalo sudah begini ya harus tutup hidung rapat2 dengan kain basah coi kalo gak mau jadi asinan belerang hahaha…

salah satu pemandangan puncak yang dipenuhi oleh banyak nya pendaki baik yang akan turun maupun yang baru tiba
sisi lain puncak yang sedikit luas dengan background salah satu perbukitan
menyempatkan diri di shelter pondok bundar di ketinggian 2214 mdpl soalnya kalo pas mau naik masih gelap jadi fotonya pas turun

Setelah puas di dasar kawah kami pun kembali naik ke puncak untuk kembali ke bawah.Guus bersama rombongan grup Panasonic terus melanjutkan perjalanan menuju banyuwangi dan Denpasar sedangkan aku sendiri terpaksa putar otak mencari tukang ojek yang bersedia mengantarkanku ke Bonodowoso, karena taka da pilihan aku pun bersedia membayar harga yang ojek yang cukup mahal, karena sudah sangat mengantuk ku putuskan untuk menginap ke Hotel Ijen View, harapannya hanya dengan kamar standar yang murmer coi eh ternyata sampai di recepcionist semua full booked waaaaa..dengan berat hati dan ikhlas seikhlas2nya aku pun menginap di suite hahaha, walaupun sebenarnya suite di hotel ini sama dengan superior di banyak tempat, tapi sudah mengantuk aku pun malas berpikir panjang lagi dan langsung tidurrr hahaha

April 5, 2015
Pukul 05.00 pagi check out dari hotel, karena bis patas AC bondowos-surabaya sudah lewat maka kuputuskan menggunakan bis ekonomi itung itung melihat kota kota yang akan dilintasinya, karena bis ekonomi sudah pasti akan menurun naikkan penumpang di banyak jalan.
Banyak yang bisa dilihay coi, salah satunya pengamennya di pasuruan yang ibu ibu menyanyi bak karaoke di dalam bis berbeda dengan banyak tempat yang pengamennya para pria, anak anak ataupun dewasa dengan gitar ataupun sekedar kerincingan tutup botol.

Tiba di terminal bis bungurasih Surabaya pukul 11.00 dan karena jadwal penerbangan yang masih lama yakni pukyl 18.00 maka ku putuskan untuk duduk santai sembari beristirahat di salah satu pojokan di dalam lokasi terminal, mungkin karena laper habis juga dua mangkok bakso dan dua gelas es teh hahaha.
Dan sekitar pukul 14.00 tiba di bandara juanda dengan menggunakan taksi argo sekitar Rp. 60.000 dan dengan sok perlente menghabiskan waktu di starbucks dan sisa sisa perdiem yang masih ada hahaha..gak penting coi kalo yang ini.
===salam====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar