Sabtu, 06 September 2014

Damai Bersama Kelimutu

"Damai Bersama Kelimutu"

Setahun sudah aku bekerja dan tinggal di Pulau Flores, pulau yang terkenal dengan aneka ragam kekeyaan alam dan budayanya, Pulau yang di mulai dari Bajo di ujung barat yang terkenal dengan Taman Nasional Komodo-nya, Ruteng yang terkenal dengan Homo Sapiens Florensis dan Sawah berpola spider-webnya, Bajawa yang terkenal dengan Kampung Adat Bena dan Taman Laut Riung 17 Kepulauan-nya, Ende yang terkenal dengan Taman Nasional Kelimutu-nya, hingga di ujung paling timur yakni Larantuka yang terkenal Budaya Berburu Paus-nya, NAMUN..semua baru saja dimulai, ya setelah setahun lebih lamanya disini, serasa jadi orang yang merugi ya hehe..soalnya para  bule alias turis asing rela merogoh koceknya dalam dalam untuk menjajali alam flores ini lho, ya rata rata mereka start/finish nya dari dan di Pulau Dewata.

Meskipun begitu, ku pikir, kunjungan pertama ku ini bisa jadi pengobat kerinduan untuk mengenali budaya dan alam flores dan ini akan menjadi awal yang baik untuk selanjutnya.

Untuk mencapai Kelimutu, start awalnya bisa dari Kota Ende atau dari Kampung Moni di bawah kaki Pegunungan Kelimutu, namun kali ini saya memilih untuk memulainya dari Ende. 

Umumnya para pendatang pemula ingin menikmati suasana alam Kelimutu dimulai dari menyaksikan mentari terbit alias sunrise, so kami pun harus bergerak cepat dari Ende sekitar pukul 03.00 dini hari ya karena untuk mecapai moni membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil dan butuh 20-30 menit jalan kaki menuju Puncak Kelimutu. Sebelum melakukan pendakian kita harus mendaftarkan diri dulu dan membayar retribusi dulu di Pos Penjagaan, hanya Rp. 2.500 per orangnya bagi turis domestik seperti kami dan biaya parkir mobil sekitar Rp. 6.000, tentunya ini tidaklah terlalu mahal, namun bagi turis asing biaya masuk mungkin akan sedikit lebih besar yakni Rp. 12.000 (kalau tidak salah ya :D)

Sesampainya di area parkiran mobil, aroma belerang mulai tercium sebagai sambutan bagi kami yang akan melakukan pendakian. Sebelum memulai pendakian kami baru menyadari bahwa kami tidak membawa senter karena memang pukul 05.00 masih sangat gelap, jadilah kami harus menggunakan cahaya dari nyala ponsel sekenanya sekedar memastikan kami tidak salah injak selain anak tangga di jalur pendakian :D

Meskipun jalur pendakian relatif landai namun ternyata cukup melelahkan dan serasa paru paru mau meledak padahal aku bukan perokok, merasa malu sendiri dengan teman teman yang sudah jauh di depan meskipun perokok aktif..tak apalah anggap saja berjalan lebih lambat agar bisa menikmati suasana pendakian. Jantung berdegup kencang dan keringat pun mulai membasahi tubuh membuat tubuh menjadi semakin dingin. Setelah hampir 20 menit melakukan pendakian, nun di ujung ufuk timur cahaya fajar telah menyingsing pertanda mentari akan segera terbit. Kami pun bergegas untuk sampai ke puncak agar bisa mendapatkan posisi yang pas menanti sang mentari terbit.

Menemukan cinta yang hampir hilang sejak 14 tahun lalu

Kami pun sampai di puncak dan ternyata sebelum kami telah ada beberapa turis asing yang lebih dahulu tiba namun syukurnya kami pun mendapatkan posisi yang pas untuk untuk beristirahat dan menunggu terbitnya matahari.

Diterpa hangatnya cahaya mentari pagi serasa mendapatkan energi baru kehidupan




Semua orang sudah mengetahu kalo Kelimutu dikenal dengan fenomena 3 kawahnya yang memiliki warna yang berbeda-beda. Dalam keyakinan masyarakat lokal masing masing warna memiliki makna yang berbeda yang dikaitkan dengan tempat akhir para arwah manusia (maE) setelah mati dan tinggal di Kelimutu selamanya. Setiap arwah akan masuk ke dalam kawah tertentu tergantung usia dna perbuatannya selama hidup

Danau Nuamuri Koofai yang saat ini memiliki warna hijau cerah memiliki luas 5.5 Ha dan kedalaman 127 meter. Bersebelahan dengannya terdapat Danau Atapolo yang memiliki warna coklat kopi dengan dalam diperkirakan 64 meter sedangkan kawah terakhir yakni Danau Mbupu memili luas 4.5 Ha dan kedalaman sekitar 67 meter.

Menurut para ahli bahwa perubahan warna di 3 kawah ini terjadi dikarenakan aktivitas vulkanis di dalamnya namun perubahannya tidak memiliki pola yang jelas tergantung kegiatan magmatiknya.
Kawah (baca : danau) kelimutu dengan 3 warna yang berbeda beda, masing masing kawah dengan warnanya memiliki artian tersendiri dalam pengertian budaya masyarakat setempat.


Jalur pendakin yang cukup landai menuju puncak dan kawah


.....